Pages

Rabu, 05 September 2012



WAKTU SAAT MEMBUAT TELUR ASIN J








disaat aku dan teman-temanku membuat telur asin, hasilnya belum kami ketahui. akan tetapi,ini merupakan pengalaman pertama kami, kami kira pembuatannya susah, tapi ternyata pembuatannya cukup mudah ;;)
cemungutt kawann :p


Senin, 27 Agustus 2012



MADING 17'an JURNALISTIK GESA






BERITA UTAMA


Merdeka atau Mati
Hari Kemerdekaan adalah hari dimana para pahlawan kita berhasil melepas negara Indonesia dari cengkraman tangan para penjajah seperti halnya yang dikatakan kepala sekolah kita Drs I Made Wibawa “ Hari Kemerdekan adalah hari jadi bangsa Indonesia”. Menurut beliau dengan diadakan upacara bendera pada tanggal 17 Agustus merupakan sebuah momen untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan. Tempat tidak dijadikan masalah dalam melaksanakan upacara bendera yang terpenting adalah etika yang baik dalam melaksanakannya disertai perangkat upacara yang jelas. Hari kemerdekaan ini tidak serta merta menyadarkan masyarakat tentang arti kemerdekaan. Persoalan tentang pemahaman kemerdekaan tersebut tergantung dari warga Indonesia itu sendiri. Semakin mereka sadar tentang arti kemerdekaan Indonesia mereka akan semakin giat mengisi kemerdekaan tersebut.
         Di sekolah tercinta ini kita melakukan upacara bendera dengan lebih variatif. Kita akan melibatkan marching band dan penambahan pasukan pengibar bendera merah putih sesuai jumlah pada kalimat 17 Agustus 1945. Kepala sekolah yang memiliki kelahiran 11 Januari ini mengaharapkan Indonesia kedepannya lebih bisa sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Beliau juga mengatakan kita sebagai siswa SLUA Saraswati 1 diharapkan bisa memanfaatkan  IPTEK kemajuan bangsa dengan tidak terlalu bersifat materialitis endomis tetapi lebih menetapkan suasana kehidupan yang diisyaratkan oleh  Pancasila. (gri, dwe, cha)



TAJUK



Bebas Merdeka Dari Kolonialisme


17 Agustus 1945 adalah dimana hari yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia. Indonesia sebagai suatu negara-bangsa dipercaya sudah bebas merdeka dari kolonialisme, namun juga ia dipercaya belum benar-benar merdeka untuk mengatur dirinya sendiri, bebas mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaannya. Fakta ekonomi sering disebut menjadi contoh betapa negara-bangsa ini belum tegak berdiri. Ini membuat terlontar pertanyaan “apa kita benar-benar merdeka?”
Kita perlu mengubah hal ini dan membangkitkan kembali minat terhadap warisan para leluhur nasional kita. Guru dan orang tua memiliki peran besar dalam hal ini. Tergantung pada mereka untuk menggunakan kreativitas dan imajinasi guna menghidupkan kembali sejarah bagi generasi muda, sehingga mereka bisa menghargai apa yang telah dilakukan para pendahulu mereka.
Mereka memiliki kewajiban membuat sejarah menyenangkan dan berperan bagi para remaja masa kini. Hanyalah ketika kaum muda kita bisa diyakinkan untuk menghargai dan memuliakan para pendahulu, maka mereka akan mampu menghargai kebebasan yang diraih melalui kemerdekaan serta harga diri tak ternilai yang muncul dari kemampuan   untuk membuat keputusan sendiri dan menentukan masa depan sendiri.
Saat ini kita sedang menghadapi banyak tantangan: korupsi, kemunduran moral, ketidakstabilan ekonomi global dan persaingan global. Namun tantangan-tantangan ini tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan untuk membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan.
Kita, seluruh bangsa Indonesia bersama akan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang kita hadapi sekarang. Namun hanya dengan belajar dari masa lalu kita akan mampu menjamin masa depan. (pra, cha)



Kamis, 16 Agustus 2012

Rabu, 06 Juni 2012


Protein Anti Kanker Memerangi HIV?
Supresor tumor yaitu protein anti kanker p21 banyak ditemukan pada orang-orang yang kebal terhadap HIV AIDS.
Sebuah protein yang lebih dikenal sebagai penekan kanker bisa memungkinkan beberapa orang yang terinfeksi HIV untuk menghentikan virus tersebut untuk selamanya, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian baru.
Produksi berlebihan protein ini yang disebut p21 terjadi pada sekelompok orang yang positif HIV yang jarang mengembangkan AIDS, menurut laporan para ilmuwan dalam pertemuan Himpunan Penyakit Menular Amerika pada tanggal 21 Oktober.
Beberapa pasien HIV yang dijuluki nonprogresor jangka panjang terinfeksi dengan HIV tapi nampaknya kebal terhadap pengaruhnya. Walaupun penelitian telah menunjukkan faktor-faktor yang dapat memisahkan para pasien yang beruntung ini dari kebanyakan pasien HIV, pokok-pokok yang menggarisbawahi resistensi mereka masih harus diteliti dengan seksama. "Ini merupakan kelompok khusus pasien yang secara spontan mampu mengontrol HIV dan tidak sakit karenanya," kata dokter Mathias Lichterfeld dari Harvard Medical School dan Massachusetts General Hospital di Boston yang mempresentasikan data baru tersebut.
Pada studi baru tersebut, para peneliti membandingkan empat kelompok orang yaitu 14 orang yang negatif HIV, 16 orang dengan HIV yang sedang dalam proses, 10 orang dengan HIV yang menjalani perawatan dan 15 orang yang infeksi HIVnya sama sekali terhenti. Kelompok terakhir ini termasuk nonprogresor yang sangat ahli menghentikan infeksi HIV sampai-sampai tidak ada virus yang terdeteksi oleh tes rutin. (Para peneliti memastikan infeksi dengan menguji antibodi terhadap HIV). Para ilmuwan menyebut kelompok pasien tersebut para "pengontrol elit". "Mereka terdiri dari satu atau kurang dari satu persen orang-orang yang terinveksi HIV," tutur Lichterfeld.
Para peneliti memperoleh sel-sel imun yang disebut Sel-sel T CD4 (merupakan sasaran utama HIV) dari semua relawan dan memberikannya ke laboratorium untuk diperiksa. Hasil tes menunjukkan bahwa para pengontrol elit memiliki Sel-sel T CD4 yang menghasilkan 10 hingga 100 kali lipat lebih banyak p21 ketimbang orang-orang yang berada pada ketiga kelompok lain. "Hal itu bukanlah perbedaan kecil. Hal tersebut cukup luar biasa," kata Lichterfeld.
Ketika para peneliti menempatkan sel-sel ini ke piringan laboratorium dan memeriksa serangan HIV, sel-sel yang berisi p21 menghentikan virus tersebut.
"Data ini menunjukkan bahwa protein ini bisa mencegah HIV," kata Lichterfeld. Akan tetapi dia memperhatikan bahwa mekanisme kerja p21 melakukan hal ini dan bahkan bagaimana sel-sel ini menghasilkan jumlah ekstra protein masih belum sepenuhnya dimengerti. Mungkin ada variasi genetik yang terlibat, katanya."protein tersebut mungkin menawarkan cara alternatif untuk mengontrol HIV jika kita bisa menemukan cara untuk memanipulasi protein p21 ini pada pasien," katanya. Namun menggunakan p21 sebagai alat mungkin tidak segampang seperti memberikan protein tersebut kepada orang-orang.
"Fakta bahwa peristiwa itu terjadi di alam merupakan sesuatu yang memberikan harapan yaitu anda memiliki sebuah contoh alami," kata Joel Gallant yang merupakan seorang dokter penyakit menular yang ahli dalam HIV di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. Walaupun banyak pertanyaan yang perlu dijawab sebelum menemukan cara untuk menggunakan p21 secara klinis, hal ini bisa saja sangat penting suatu hari untuk pengontrolan HIV yang lebih baik," tuturnya


Oleh : Kadek Wiga Widhianti ( X LAB 2 ) (41)